#maksakeunmaca
#onebookonemonth
#day06
Judul Buku: Marrying Daisy Bellamy
Penulis: Susan Wiggs
Jumlah Halaman: 533
Penerbit: Gramedia
Alih Bahasa: Nur Anggraini
Cetakan Agustus, 2014
Bagian Enam
Enam, angka favoritku. Diantara 7 buku yang kutulis, buku
ke-6 berisi karakter favoritku. Begitu juga dengan buku ini. Sejauh 124
halaman, bagian ke-6 ini adalah favoritku. Karena akhirnya Julian mengajak terbang
Daisy. Kencan yang tidak biasa. Tidak sama seperti kencan Daisy dengan Julian
sebelumnya. Tidak dapat disebut kencan karena seringnya Julian menantang Daisy
untuk melakukan berbagai petualangan seperti memanjat.
Kebersamaan Daisy dan Julian disebutkan di bagian 6 ini
sebagai flash back. Bahwa yang terjadi saat itu, berbeda. Karena Julian telah
menjadi seorang dewasa yang segalanya legal, termasuk mengemudikan pesawat
terbang. Terbang memang sepertinya cocok untuk para adrenaline junkie. Mungkin
aku setengah adrenaline junkie yang sejak kecil senang mengantri berjam-jam
hanya untuk naik roller coaster berkali-kali atau naik Kora-Kora di dunia
fantasi lalu duduk dipaling ujung karena rasanya begitu bebas dan luar biasa
saat aku berada di ujung tertinggi wahana. Saat kecil, ketika aku masih diasuh
oleh mendiang nenekku, kami selalu terbang ke Jogja setiap weekend, karena
kakekku juga pilot di angkatan udara, jadi bolak balik Jogja, adalah hal biasa.
Dan terbang juga hal yang biasa untukku. Sayangnya tokoh buku ke-6 takut
ketinggian sejak gagal jadi pilot dan selamat dari kecelakaan yang meratakan bagian
hidung body kijang yang dikemudikannya di jalan tol. Ada apa dengan aku dan kecelakaan.
Itu cerita tokoh buku ke-6, lalu ditinggal meninggal karena kecelakaan oleh
tokoh buku ke-1?! Naas ya, nasibku dulu.
Kencan Daisy dan Julian dapat dibilang sempurna, karena pada
akhirnya Julian melamar Daisy. Dan yang menyenangkan adalah pertanyaanku di
bagian-bagian sebelumnya apakah Julian tidak berpikir bahwa Daisy dan Charlie
adalah satu paket, akhirnya terjawab. Justru Julian sangat berhati-hati terhadap
Charlie karena ia merasakan pahitnya menjadi anak yang dibesarkan oleh orang
tua tunggal. Setiap ia berharap ayahnya atau ibunya akan mempunyai pasangan
baru untuk ia panggil mama atau papa, setiap kali harapannya harus pupus, karena
ayahnya tidak pernah menikah karena terlalu sibuk dengan penelitian di
kampusnya. Dan ibu Julian selalu merasa dirinya sendiri yang terpenting bersama
dengan karir aktingnya sehingga juga tidak pernah menikah. Aku rasa selama ini
aku aman tidak mengenalkan Dale dengan lelaki manapun kecuali yang terdekat
adalah tokoh buku ke-6 yang terlihat menyukai Dale. Hanya dia yang sering
terlihat menjemputku, karena belum sampai pada kesempatan kami melihat apakah
kami punya masa depan, ia harus kulepaskan. Sebelum aku semakin hancur dengan
kata-kata, perlakuan kasar, dan keegoisannya.
Mungkin buku ini memang harus kubaca karena aku selalu
mencari tanda-tanda di semesta tentang apakah hidupku sudah sesuai jalan yang
semestinya kutempuh. Hingga bagian ke-6, rasanya aku merasa penting untuk terus
membaca buku ini. Menemukan emosi-emosi yang mungkin terjadi pada Dale dan
mengantisipasi untuk berbagai masalah yang mungkin muncul. Itulah hidup seorang
INFJ seperti aku. Menyerap emosi, dan berusaha mencari jalan terbaik untuk
ditempuh. Sekali lagi, terima kasih Bude Anggi :*
No comments:
Post a Comment