Friday, March 4, 2022

Marrying Daisy Bellamy Insight Day04

 


#maksakeunmaca

#onebookonemonth

#day04

Judul Buku: Marrying Daisy Bellamy

Penulis: Susan Wiggs

Jumlah Halaman: 533

Penerbit: Gramedia

Alih Bahasa: Nur Anggraini

Cetakan Agustus, 2014

Bagian Tiga

Ketika Julian tahu Daisy tiba-tiba hamil. Tidak, bukan anaknya. Mereka hidup jauh terpisah dan sulit bertemu. Saat Daisy mengalami hal ini, Julian sedang terpuruk tidak mempunyai apa-apa bahkan hanya bisa menelpon Daisy dari telpon ibunya. Tetap berkabar via e-mail yang harus Julian akses dari perpustakaan kampusnya.

Yang menarik adalah Julian merasa Daisy menyelamatkan hidupnya hanya dengan memberi ide bahwa Julian bisa kuliah tanpa harus memiliki uang. Beasiswa yang mengandalkan otak briliannya keturunan sang ayah yang peneliti bintang-bintang. Aku rasa manusia memang budak kebaikan. Dengan mudah kita bisa jatuh cinta karena seseorang begitu baik. Ayahku dapat terus bersama dengan istri ketiganya karena beliau begitu baik. Diremehkan sebagai wanita, tetapi terus memberi bantuan. Tipe wanita yang bukan seperti diriku ataupun ibu tiriku. Kami cenderung memberi pelajaran atau meninggalkan laki-laki yang meremehkan kami. Sebagai pasangan, bukan untuk anak. Kalau dengan Dale, ya tidak mungkin ia meremehkanku. Sedikit saja aku terlihat murung, Dale bisa tutup pintu dan berbicara dari hati ke hati denganku ataupun menghiburku. Di usia yang begiu muda. Hanya 8 tahun. Bisa bayangkan Dale akan jadi lelaki dewasa yang baiknya bukan main, kan. Begitu juga saat aku menerima ayah Dale, seperti namanya, Budiman. Ya awalnya memang Budiman, baik hati. Siapa sangka bahkan orang tuanya sendiri tidak tahu bahwa ia mengidap Schizophrenia. Terkadang aku menyesal menjadi manusia yang terlalu perhatian terhadap detail-detail yang tidak dapat diketahui oleh orang banyak. Kalau bukan aku yang menemukan, orang tuanya tidak akan tahu bahwa ayah Dale mengidap penyakit kejiwaan itu. Hasil dari tontonannya melihat orang tuanya berlaku keras antara satu sama lain selama bertahun-tahun. Jika akhirnya ia begitu kasar, main tangan denganku, bukan hal yang aneh jika hal itu terjadi. Dan alas an aku dan Dale tidak dapat bersama dengan ayah Dale, cukup jelas. Itulah kenyataan. Aku masih tidak habis pikir kenapa Daisy tidak dapat bersama dengan Logan saja demi Charlie.

Mungkin di akhir buku, aku akan bisa memahami pilihan Daisy.

Bagian Empat

Charlie normal, seperti Dale. Anak laki-laki kecil, ya begitu simple. Sesimple Daisy berbicara dan bertanya banyak pada Charlie, Charlie hanya menjawab, “Yap”. Sepertinya satu kata itu adalah kata-kata favorit Charlie. Seperti Dale yang menjawab irit setiap kutanya dan dia sedang asik dengan PC-nya. “Yap”, “Yap”, ya begitu saja jawabannya.

Tentang Logan. Dan ternyata Daisy juga bertanya-tanya mengapa dirinya tidak bisa percaya bahwa ia, Logan dan Charlie dapat hidup bersama. Mungkin Daisy masih merasa jijik, saat Logan ingin melamarnya, kebetulan ada Julian, dan penting sekali sampai mereka berdua harus berkelahi. Hal yang tidak pernah terjadi padaku. Walau dalam sehari ada 4 lelaki yang menghampiriku, tidak sekalipun mereka berkelahi. Secemburu apapun salah satunya, ia hanya bisa keluar dari tempat tinggalku dan bersungut-sungut. Terkadang bersungut-sungut terhadap lelaki yang salah, teman-temanku. Ya. Aku teringat dengan salah satunya yang begitu cemburu, padahal aku tidak pernah menganggapnya serius karena dia suami orang dan dia hanya bekerja denganku. Akhirnya ia berakhir tidur di karpet bersama dengan teman laki-lakiku. Hanya teman laki-laki, tidak pernah terjadi apapun di antara kami. Terkadang kenyataan begitu lucu.

Begitu lucunya, sampai teman laki-lakiku ini ternyata bersikeras tetap ada di situ karena ia menyukaiku. Seperti penjaga pribadi yang merasa nyonyanya terancam diterkam buaya, pantas saja dia tetap diam disitu. Tidak juga pulang saat tahu aku didatangi suami orang. Tidak pernah terjadi apapun diantara kami, bahkan tidak satu ciuman pun. Walau sering ia bermalam di tempatku, hanya film-film yang habis ia tonton karena kabur dari kakak perempuannya saat ia harus kembali ke kampung halamannya meneruskan bisnis ayahnya. Ayahnya yang baru saja meninggal dunia, dan ia tidak ada disampingnya. Mungkin yang ia lakukan adalah seperti halnya Julian terhadap Daisy. Sekuat apapun kami saling menyukai, ia memilih tidak membuat masalah denganku. Bisa jadi karena ia pernah mencintaiku. Sepertinya memang cinta, karena akulah orang pertama yang dia telpon setelah terjadi gempa. Dan ia menangis saat tahu aku juga menyukainya, tetapi ia terlanjur meneruskan bisnis ayahnya, dan punya kehidupan yang tidak bisa ia tinggalkan di kampung halamannya. Dan cincin peninggalan nenekku sebagai simbol penjagaku, akan selalu cukup di jari manis lelaki penjagaku. Cincinnya cukup di jari manisnya. Dan ia menangis lagi, memelukku begitu erat sebelum pulang ke kampung halaman. Lalu suatu masa, ia kirim messenger padaku, betapa ia menyukaiku dan berniat membawaku ke kampung halamannya, ya mungkin aku bisa mengajar di LIA Palembang saat itu. Hidup itu mungkin saja terjadi.

Naas, suatu pagi. Baru saja ia pamitan akan ke kebun dengan motor trailnya, sekali-kalinya kukatakan hati-hati. Tidak lama kemudian, ia kecelakaan tertimpa motor trailnya, gegar otak dan harus digundul lalu dioperasi. Keluarganya mengabari aku, karena akulah nomor terbanyak dan terakhir yang dihubunginya. Kukerahkan setengah dari seluruh dunia gamer Castle Age di Facebook untuk berdoa untuknya, komunitas yang kami berdua miliki, berharap ia baik-baik saja. Doa mereka berhasil, dan ia baik-baik saja. Yang tidak baik adalah ingatannya. Ia lupa sudah mengajakku hidup bersama di kampung halamannya. Dan ia memilih menjalin hubungan dengan gadis yang dekat dengan keluarganya. Keluarganya begitu heran akan perubahan itu, dan kukatakan kepada adiknya. Biarkan ia mengingat sendiri. Tidak perlu diingatkan apa janjinya kepadaku. Mungkin aku perlu bersabar.

Ditengah penantian, aku bertemu dengan ayah Dale. Dan ditahun yang sama setelah ia tahu aku memiliki Dale, ia menikah. Mungkin memang cinta jika dapat menembus batas amnesia, setelah 3 tahun, ia mulai mengingat.

“Aku pernah bilang cinta padamu ya?”, tanyanya. “Aku mulai ingat sedikit-sedikit. OMG, Vie. What have I done?!”, begitu ia memanggilku. (Dulu katanya, “Vie, aku memanggilmu seperti itu, karena kamu adalah kehidupan itu sendiri.”)

Tanpa kujawab. Kataku,”Fokus pada anak istrimu. Tidak usah diingat-ingat, nanti kepalamu sakit”.

Dan kurasa ia tidak perlu mengingat-ingat. Kita tidak pernah bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta. Selang berapa lama, ia melakukannya lagi. Katanya, “Bahaya, nyaman dengan kamu”. Dan disitulah kami tahu bahwa kami harus berhenti, demi kehidupan kami masing-masing. Terutama keluarga utuhnya. Aku akan baik-baik saja dengan Dale, tanpanya. Jadi kami hanya bisa saling mengagumi karya kami masing-masing. Ia dan fotografinya. Aku dengan tulisan-tulisanku yang selalu ia harapkan dapat menulis. Cross-hobbies kami yang juga kami gemari.

Kalau Daisy bisa berakhir dengan Julian, tidak dengan kenyataan. Cinta tidak harus selalu hidup bersama, kan. Karena jika berakhir bersama, sebait kata itu tidak akan pernah tercipta. Peka sastraku, tumpul karenamu.

No comments: