Thursday, March 3, 2022

Marrying Daisy Bellamy Insight Day03




#maksakeunmaca

#onebookonemonth

#day03

Judul Buku: Marrying Daisy Bellamy

Penulis: Susan Wiggs

Jumlah Halaman: 533

Penerbit: Gramedia

Alih Bahasa: Nur Anggraini

Cetakan Agustus, 2014

Bagian Dua

Tentang bagaimana Julian, lelaki yang disukai Daisy sejak pertemuan mereka di musim panas saat mereka masih remaja, menahan diri untuk tidak membuat masalah dengan Daisy. Justru Daisy yang melakukan keputusan buruk (menurutnya) dengan hamil dan akhirnya melahirkan Charlie selepas SMA. Yang melegakan adalah ayah Charlie, Logan. Sangat menyayangi anaknya, Charlie dan dapat dibilang berusaha untuk bertanggung jawab terhadap biaya kehidupan Charlie. Cara mereka mengasuh anak sejauh 40 halaman terlihat berjalan lancar. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Daisy tidak dapat menentukan dengan mudah untuk hanya bersama Logan dan Charlie, menjadi keluarga utuh. Mengapa Daisy masih harus memikirkan Julian yang jelas punya impian dengan karir militernya. Juga bukan ayah Charlie. Yaitulah cerita yang ditulis didalam buku, drama yang tidak seharusnya ada, menjadi ada. Sementara disini kenyataannya, ibu tunggal sedang mati rasa tentang apa yang akan ditulis untuk ulang tahun ayahnya yang sudah dekat. Mati rasa karena sang ayah sempat belasan tahun absen dari hidupnya dan puluhan tahun tidak terlalu menjalankan fungsinya sebagai ayah. Lalu tiba-tiba merasa perlu mengambil alih pengasuhan cucu laki-laki pertamanya selama 7 tahun, yang lahir tanpa dipedulikan oleh ayahnya. Tidak merasa perlu ada untuk 2 anak perempuan, tapi perlu merasa ada untuk cucu laki-laki pertama. Itu kedewasaan atau kenyataan kehidupan?

Bagian Tiga

Julian si nekatan, menukik dengan kecepatan 240 km/jam. Jelas di dahinya tertulis ‘bahaya’. Sebodoh itu, lelaki yang begitu berani terhadap hal-hal ekstrem, menyimpan dan membawa cincin untuk Daisy, kemana-mana. Termasuk saat ia sedang melakukan latihan terakhir terjun payungnya sebelum acara pelantikan. Kukira memang begitu, ternyata Julian hampir mati. Bolehkan tertawa terhadap karakter di buku saja, tidak nyata.

Kukira ada hubungan antara keberadaan orang tua yang tidak konsisten, ayah tunggal atau ibu tunggal dengan kegemaran terhadap buku. Itu yang aku alami, begitu cinta buku dan menulis. Hal semenyedihkan apapun juga, tidak akan terasa jika sudah kubaca buku atau menonton film. Aku masuk ke ceritanya, dan lupa dengan kesedihanku sendiri. Julian juga begitu, bahkan ia menyembunyikan kesukaannya terhadap buku, hanya karena tidak ingin dianggap tidak keren karena ia atletis seperti ibunya yang penari eksotis, dan pintar seperti ayahnya yang seorang peneliti bintang.

Sepertinya kita memang tidak bisa menghilangkan siapa orang tua kita. Aku senang berpikir, membaca, dan gemar menulis, matematika dan sains seperti ayah dan eyangku. Aku juga senang seni seperti mama yang biduanita dan keturunan darah Jogja.

Yang tidak kusuka dari Julian adalah, dia menganggap Charlie sebagai penghambat hubungannya dengan Daisy. Kenapa jika ada anak? Kenapa musti menjadi rumit? Charlie dan Daisy adalah satu paket, bukankah Charlie lahir dari rahim Daisy, wanita yang dicintai Julian. Aku teringat bagaimana lelaki ke-14 selalu mengatakan Dale lucu, dan senyumnya selalu sumringah saat bertemu Dale. Kenyataan seharusnya seperti itu, jika lelaki mencintai ibu tunggal, perlu diingat seorang ibu tunggal adalah sepaket dengan anaknya.

Julian begitu senewen akan pelantikannya, karena ia berencana memberikan cincin tersebut saat Daisy datang nanti. Bagaimana kelanjutannya, kita lihat ceritanya besok.    

No comments: