Friday, April 4, 2014

junkthought2 : the past revealed : tiga masa, dan ya... aku seperti dia...

2 November 2009 at 05:49
"... menjadi gila dan bunuh diri, tapi tak juga mati... "

sosok itu terpaku di meja makan, seketika diam dan tak disentuhnya itu makanan. dibalik kacamata, matanya kosong, raut mukanya mengkaku, seperti mati, tak beremosi, tapi gadis itu tetap bernapas. sang wanita paruh baya dengan rambut pendek setengah memutih, wajah bersih yang kekanakan sekaligus bijaksana tengah mengulang kata - katanya,
" kamu sama saja seperti nugroho... ", kini dengan tekanan mendalam dan bukan teriakan seperti sebelumnya. gadis itu tetap diam, tatapannya tetap kosong, tak juga bergeming dan matanya menjadi bening. sesuatu tengah berubah, tengah tumbuh didalam dirinya, dan ia mulai bergumam,
" hm... hm.. hm.. hm..", seperti berbisik tapi jelas bunyinya mengusik.
"hm..hm..hm..hm..", kini suaranya mirip rintihan, dan terus saja gadis itu melantunkan. dahi sang wanita paruh baya berkerut, apa yang terjadi dengan anak gadis tertuanya itu, dan ia menegur dengan murka,
" vina !... vina!... ", suaranya tegas menyembunyikan resah , dan si gadis tetap diam bergumam,
" hm.. hm.. hm.. hm", suaranya menimbulkan kengerian. sang ibu kembali memanggil,
" vina... vina..", suaranya lebih keras tapi tidak dengan tekanan, lebih kepada takut kehilangan. gadis itu tetap bergumam, dan suaranya semakin dalam, kemudian tubuhnya bergoyang mengikuti gumaman.

sang ibu merasa tidak mengenali anak gadisnya lagi, jadi ditariknya gadis itu kekamar mandi dan disiramnya kepala gadis itu dengan air dingin, berharap kesadaran anak gadisnya dapat kembali. gadis itu kedinginan oleh siraman air dingin yang menusuk tulang, kemudian ia menangis dan meringkuk disudut ruangan. sang ibu masih dengan menyiram, masih dengan harapan, lebih kepada tak yakin apa yang dilakukannya benar, kemudian memanggil,
" mbak na... mbak na...". suaranya memanggil ke masa lalu, saat sang gadis belum sebesar itu.
" mbak na... mbak na... ", ia memanggil dengan kasih sayang. gadis itu tetap menangis, semakin keras dan meringis, giginya gemeletukan, bibirnya membiru. jadi sang ibu mengeringkan badannya, mengganti bajunya, dan menuntunnya ketempat tidur. seperti masa bayi, dibiarkannya gadis itu terus menangis dibalik selimut, hingga ia lelah dan tertidur lelap.

sinar matahari masuk melalui jendela dan menyilaukan mata gadis itu. jadi ia terbangun terpaku, menatap meja rias didepan tempat tidurnya. kemudian ia beranjak, bercermin, mendekatkan wajahnya ke cermin karena pandangannya buram. sebuah wajah tanpa kacamata, memucat dan dengan tatapan kosong. disentuhnya cermin itu, dan dahinya berkerut. ada sesuatu di jarinya dan melihat ia disana. diusapnya jari itu, ditemuinya seperti debu. kemudian ia membuka laci meja rias itu, mencari sesuatu. handuk kecil ia temukan, dan kaca itu mulai ia bersihkan. putaran kecil, membesar dan semakin besar dengan tenaga yang semakin menguat. meja itu terguncang dan kotak tisu diatasnya terjatuh, menimbulkan suara gaduh. sang ibu berlari menghampiri, mencoba merampas handuk itu dan mencoba menghentikan dengan memeluk. tenaga gadis itu lebih besar, berontak dan sang ibu terpental. jadi sang ibu hanya terpaku, matanya berkaca - kaca dan tangannya menutup mulutnya. jadi ia biarkan anak gadisnya, tak mengerti harus berbuat apa.

gadis itu mencari lap kaca, dan ia mulai membersihkan sluruh kaca dirumah itu. sang ibu terheran, terus memanggil namanya,
" vina... vina...", tapi ia tak mendapat jawaban. dan sang ibu memanggil nama lainnya,
" mbak na.. mbak na...", tak juga ia mendapat jawaban. setelah selesai, gadis itu mengambil sapu, dan mulai menyapu, ia tak mengindahkan panggilan ibunya yang menyuruhnya makan, atau minum. jadi sepiring penuh itu tetap utuh, dan satu gelas minuman yang tak tersentuh. kemudian gadis itu berhenti menyapu, sebuah lukisan membuatnya terpaku. lukisan seorang pria, dengan sedikit kata - kata

... pria pisces yang dewasa akan menjadi orang ternama yang bijaksana, pria pisces yang kekanakan takkan berubah dan akan terus mengalami kegagalan...

seketika raut muka gadis itu mengeras dan kemarahan terbit di wajahnya. jadi ia mencari kesana kemari, sampai dapur ia temukan pisau dan kembali ke lukisan itu. mulai merobek dengan pisaunya, dengan marah yang meraja. perlakuan itu tak luput dari mata sang ibu. jadi ditangkisnya pergelangan tangan yang agak layu, dan terjatuhlah pisau itu. dibuangnya lukisan itu dan si gadis kembali disiram hingga meringkuk disudut ruangan. kembali badan itu dikeringkan, dan jatuh tertidur gadis itu dibiarkan.

saat terbangun, gadis itu mengulang kegiatan yang sama, hanya tanpa lukisan yang membuat terbit amarahnya. tidak makan tidak minum, hanya berhenti untuk kekamar mandi. bahkan dalam gila pun gadis itu mengerti, rumah harus bersih dan tertata rapi.

tiga hari ingatan gadis itu menghilang, dan dihari berikutnya ia terbangun dengan mencari kacamata. pergi mandi dan bersiap diri. kemudian ia meraih tasnya, siap pergi keluar rumah dan ibunya mencegah.
" lho... mau kemana mbak ? ", ibunya bertanya dengan heran namun tetap menjaga kewajaran.
" kuliah lah..., pamit bu..", gadis itu mencium tangan ibunya.
" ini hari minggu, non... ", ibunya menjawab dengan kelegaan.
" hah ?! bukannya kamis ? kemarin kan rabu ?... ", sang gadis terheran2 sambil membetulkan letak kacamatanya.
" amnes kamu ya ?! minggu non... udah sana sarapan, pasti laper kan ?!... istirahatlah, cape kan seminggu kuliah", kata sang ibu.
" iya si rada lemes, laper juga, ma'em ah... ", jadi gadis itu langsung makan, banyak dan lahap seperti tiga hari tidak makan. dan malamnya sang ibu sujud syukur, kemudian ketiduran dalam sujudnya, hingga pagi menjelang senja.




hari telah gelap, vina masih terduduk di meja kerjanya, ia tengah menerima telpon,
" iyalah, aku emang sama ama nugroho, kalo aku ga sama ama nugroho, gimana cara aku ngadepin eyang dan kluarga ?!... nyantai ajalah, aku bisa manfaatin smua sifat nugroho buat nakutin kluarga besar biar bisa peduli ama ibu en ade... ", vina membuat pernyataan.
" kamu ko nakutin si, mbak... ", sebuah suara menjawab dengan getaran kengerian ditelpon itu.
" people change... and anything for survive,bu... potensi apapun harus bisa dikembangkan sesuai kebutuhan... ", vina memberikan pernyataan lagi.
" ya udah, jangan kemaleman pulangnya, ati2... kabarin ya ", suara sang ibu menenang.
" bentar lagi, paling balik jam 9, dah ibu...", dan vina menutup telpon.




rambut panjangnya hampir semua memutih, wajah itu tetap bersih dan agak kekanakan namun tetap bijaksana, sedikit kerutan menghiasi wajahnya.
" ....kalau aku ga ninggalin kamu dan ade, gimana kamu bisa deket sama ade..., gitu mbak, kata nugroho...", ucapnya.
" ha ?! aku baru tau, ko aku punya alasan yang sama.... kalo kemaren2 jaman gawe aku ga ninggalin ibu dan ade, gimana ade bisa deket sama ibu... hahaha... nugroho banget yak... ", vina terkaget dan tertawa menertawakan dirinya.
" emang kamu nugroho banget, ngelak si ngga mau disamain... ", kata sang ibu.
" dulu kali... pas jaman gawe kan aku ngaku, sama ama dia, bedanya aku milah2 mana yang bisa dikembangin mana yang harus dibunuh, mana yang harus digunain untuk momen seperti apa, gila juga... perkara ninggalin ibu n ade tu aku ga pernah bahas, ga pernah juga dikasi tau ama nugroho, ko bisa sama, perlakuan yang sama dan alasan yang sama. tapi vina tetap vina... and here I am, bareng ibu en masi juga mikirin ade", vina tersenyum.
" iyalah... skali ndul2... tetep ndul2... ", sang ibu menjawab dengan raut muka jenakanya.
" lucu juga...ya, aku seperti dia... ", vina menertawakan dirinya, dan sang ibu tersenyum nelangsa.

https://www.facebook.com/notes/vina-ariestharini/junkthought2-the-past-revealed-tiga-masa-dan-ya-aku-seperti-dia/167572923871

No comments: