Saturday, October 1, 2016

Vina's Junkthoughts 5: Sang Lelaki Terakhir

ada fenomena ibukota yang begitu memilukannya,
Seseorang yang pernah hidup didunia hitam,
kini harus membalikkan keadaan agar memiliki kehidupan yang lebih baik.
Kebenaran yang tersisa hanya, ia bekerja untuk istri dan anaknya,
itupun sangat jauh dari agama.
Hingga semua ia dapatkan, karena yang awalnya berkah untuk istri dan anaknya,
ia jadikan kekayaannya untuk foya-foya.
Mabuk minuman, musik, obat, dan gonta ganti wanita tiap malam pernah jadi kebiasaannya.
Lalu lanjut pagi ia bekerja hingga menjelang siang.
Pulang hanya untuk tidur, bangun menjelang malam,
lalu kembali melakukan maksiat yang sama. 
Jika hidupnya memiliki soundtrack, I took a pill in Ibiza,
cocok sekali dengannya.
Sukses, kaya raya, dikelilingi banyak wanita, 
tapi ia tak pernah bisa membuka hatinya.
Hingga seluruh titipan istri, anak, kekayaan direnggut darinya.
Bunga yang dulu harum dikelilingi teman dan banyak wanita,
kini harus layu, dan ditinggalkan oleh semua.
Tiada pilihan lain, ia memilih pekerjaan yang membalikkan hidupnya.
Berangkat kerja sebelum matahari terbit.
pulang jauh sesudah matahari terbenam.
Ia berharap kebiasaan dan lingkungan barunya ini,
membawanya yang hanya seorang Aquarius menjadi baik.
Menjadi shaleh, ia berproses.
Itupun masih menyisakan kebiasaan buruknya tentang wanita,
yang menyebabkannya harus kehilangan dua jarinya.
Ia kehilangan lagi, 
tetapi ia selalu bangkit kembali, 
sendiri.
Hingga yang dahulu hitam, kini putih sekali,
walau sekitarannya terus mengkhianati,
dan terpuruk berkali - kali,
hanya ia yang terus berusaha sekuat hati.
Kegigihannya inilah yang juga akhirnya menaklukkan satu wanita,
yang kononnya sangat sulit untuk dibawa hidup bersama,
mengikat janji setia selamanya.
He's the last man standing.
- Vina's Junkthoughts 5: Sang Lelaki Terakhir, sebuah pembukaan-

-Sekilas tentang proses penulisan-
Kisah ini merupakan sebuah karya fiksi psikologi, dimana penulis berusaha menuliskan apa yang dirasakan oleh sang tokoh. Penulis menyebutnya Post Posh and Plush Syndrome, dimana sang tokoh kehilangan kepercayaan diri, tidak percaya kepada siapapun paska kehidupannya yang sukses, keren, kaya raya, punya segalanya, lalu seluruhnya direnggut darinya. Seperti para muslim biasa menyebut: harta, tahta, wanita, anak hanya titipan Allah yang suatu waktu dapat diambil oleh pemilik sejati-Nya. Begitulah roda kehidupan, adanya saatnya diatas, ada saatnya dibawah. Seperti sang sahabat penulis selalu mengingatkan: Hidup itu seperti naik sepeda, supaya seimbang, kamu harus selalu mengayuh pedalnya, move on, dan terus bergerak.
Sosok inspirasinya memang nyata, namun ceritanya tidak seutuhnya benar, hanya mencoba menuliskan simbol-simbol kehidupan underground Kota Jakarta yang katanya:"Kejamnya Ibu Kota Lebih Kejam Dari Ibu Tiri". Namun tidak seperti yang dialami oleh penulis, istilah itu dirasakan sebaliknya. Jadi sang penulis menuliskan kisah tersebut sekejam-kejamnya. Ia ingin agar para pembaca menyadari hidup itu kejam, begitupun ibu kota dan ibu tiri. Sang penulis ingin agar para pembaca menjadi manusia fleksibel. Karena yang akan bertahan adalah bukan orang yang terkuat, tetapi yang fleksibel terhadap perubahan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan, namun juga tidak meninggalkan etika moral dan agama. 

"Science without Religion is lame. Religion without Science is Blind" -Albert Einstein-

"Seluruh cinta yang gagal, kujadikan karya yang tak dapat disangkal" -sang penulis sepi-

"Lebay...!!!!" -Rachman Virgi(bukan nama asli),nara sumber- lalu ia bernyanyi... You know I'm no good-nya Amy Winehouse... "Kamu tau... aku gada bagus-bagusnya".Seandainya nara sumber menyadari, kata-kata itu lebih pantas diucapkan oleh sang penulis sendiri. Atau mereka memang diciptakan serupa untuk suatu waktu bertemu lalu saling mengingatkan agar memiliki kehidupan yang lebih baik lagi.Aamiin to that.

click here for English Version

No comments: